BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keterampilan berbicara dalam ragam budaya
masyarakat Indonesia kini bisa terwujud dalam berbagai bentuk, di antara
rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari. Apabila
dirunut dari aspek tujuan, tempat, waktu, pihak yang terlibat, serta sarana
yang dipergunakan, kegiatan berbicara menurut G. Sukadi (1997) dapat dibedakan
menjadi 1) obrolan; 2) musyawarah/rapat; 3) diskusi; dan 4) debat.
Kegiatan obrolan bercirikan antara lain: 1)
dilakukan tanpa tujuan yang pasti, sebab pada umumnya dilakukan untuk menambah
keakraban, memperluas pergaulan, atau bahkan hanya untuk mengisi waktu luang;
2) dapat dilakukan di mana pun, dalam situasi bagaimanapun; 3) bisa
dilaksanakan kapan pun, dalam batas waktu tak tertentu; 4) dapat dilakukan oleh
siapa pun dengan siapa saja, tanpa klasifikasi dan kesamaan arah; dan 5) tidak
memerlukan sarana dan fasilitas
Musyawarah merupakan kegiatan berbicara bersama
yang: 1) dilakukan dengan tujuan mencari titik temu kesamaan langkah, pendapat,
kebijakan, sebagai hasil kesepakatan-keputusan bersama; 2) dilakukan di tempat
yang disepakati untuk mengadakan kegiatan berbicara bersama, meski bisa juga di
tempat terbuka serta ruangan tertutup; 3) biasanya dilakukan setelah kelompok
atau organisasi atau masyarakat memiliki kesamaan tujuan atau beban yang harus
diatasi segera dan bersama; 4) dilakukan oleh anggota atau wakil-wakil anggota;
5) sarana dan peralatan diperlukan sesuai dengan tingkat kuantitas dan kualitas
musyawarah dan hasil kesepakatan bersama.
Diskusi merupakan kegiatan berbicara bersama yang
dilakukan dengan 1) tujuan untuk mencari kebenaran (ilmiah); 2) dilakukan dalam
situasi resmi di tempat yang formal, meski kadang diskusi nonformal bisa
dilakukan di tempat tak formal; 3) dilakukan oleh kalangan yang mencari
kebenaran atau meningkatkan kualitas kebenaran; 4) dilaksanakan dalam kelola
waktu yang terprogram secara proporsional; 5) diperlukan sarana dan peralatan
sesuai dengan tingkat dan kualitas diskusi.
Debat merupakan kegiatan keterampilan berbicara
antarpribadi atau pihak. Kegiatan ini diadakan dengan tujuan untuk mengemukakan
bahwa gagasan atau konsep yang dikemukakan oleh satu pihak merupakan konsep
atau gagasan yang lebih baik, lebih benar, dan lebih tepat dibandingkan gagasan
pihak lain. Kegiatan debat ini belakangan berkembang sesuatu dnegan
perkembnagan demokrsi di negara kita, terutama bagi partai-partai politik atau
kandidat-kandidat yang mencalonkan diri duduk di kursi jabatan tertentu.
Biasanya kegiatan ini dipandu oleh seoarng moderator sehingga arah dan tujuan
berdebat relatif terkendali, demikian juga dengan topik pembicaraannya. Oleh
sebab itu, amat diperlukan keluasan wawasan dan kecerdikan moderator dalam
mengendalikan jalannya pemibcaraan. Peralatan dan sarana diperlukan sesuai
dnegan bentuk debatnya. Debat kusir atau debat bebas tidak memerlukan tempat
yang tertata teratur serta rancangan waktu yang terprogram. Namun, bukan itulah
yang dimaksud dalam pembahasan ini.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian diskusi?
b. Macam-macam diskusi?
c. Unsur pokok diskusi ?
d. Manfaat diskusi bagi peserta ?
e. Masalah dalam diskusi ?
f. Cara menemukan topik ?
g. Pemilihan tempat diskusi?
h. Tipe peserta diskusi ?
i.
Peserta diskusi yang baik ?
j.
Persiapan yang harus di lakukan oleh seorang peserta diskusi
yang baik?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kita semua dapat
mengetahui bagaimana teknik diskusi yang baik dan dapat mengatasi masalah dalam diskusi sehingga memperoleh hasil yang baik dan
memuaskan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian diskusi
Secara etimologis kata diskusi berasal dari bahasa
Latin discussio, discussi, atau discussum yang berarti memeriksa,
memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion berarti
perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai
istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih
tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang
ataupun lebih, puluhan, bahkan ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun
tak resmi; dengan persiapan yang matang dan terencana disertai dengan aturan
yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi dengan tujuan tertentu;
berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,; menghasilkan
ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi,
melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar
pendapat, beradu argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh ada penolakan
pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik, dan usul, di sisi lain
dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik berupa
kesimpulan, kesepakatan, pemikiran
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.
2. Macam-Macam Diskusi
Jenis kegiatan diskusi dapat berbentuk diskusi
kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi panel, lokakarya/workshop, rapat
kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium, kolokium, sarasehan, fishbowl,
role-playing, studi kasus/case study, brainstorming, musyawarah/rapat, debat,
dan lain-lain.
2.1 Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok ialah pertemuan yang direncanakan
atau dipersiapkan untuk dilaksanakan untuk membahas suatu topik dengan seorang
pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan peserta yang tidak begitu banyak
antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang dibahas tidak demikian kompleks
dengan tujuan untuk lebih mendalami atau memahami suatu masalah dari disiplin
ilmu tertentu.
Bentuk diskusi ini memberikan peluang kepada setiap
anggota untuk mengemukakan pendapat sekaligus memperluas wawasan dan
pandangannya. Metode ini merupakan pendekatan demokratis, mendorong rasa
kesatuang anggota, menghayati kepemimpinan bersama, dan membantu pengembangan
sikap kepemimpinan.
Bentuk diskusi ini tidak cocok untuk peserta yang
jumlahnya relatif . Peserta hanya akan mmendapat informasi yang terbatas, dan
mudah terjerumus arahnya. Biasanya ada ketua yang ditugasi mengendalikan
jalannya diskusi. Dia harus terampil mempimpin sehingga raus pembicaraan dapat
berjalan dengan lancar dan adil, tidak dimonopoli oleh seseorang. Bentuk tempat
pertemuan biasanya melingkar dengan berbagai alternatif desain tatap muka lain.
2.2 Diskusi Berkelompok-Kelompok
Bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah
peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan aktif berbicara.
Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan
mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum
terakhir ini kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari
penyelenggara.
2.3 Diskusi Panel
Diskusi panel adalah kegiatan pertemuan ilmiah yang
sudah direncanakan dengan menghadirkan sejumlah panelis di depan khalayak atau
pengunjung tentang suatu topik. Diskusi panel merupakan bentuk diskusi bertukar
pikiran atau pengalaman antara tiga sampai enam orang ahli yang dipandu oleh
seorang ketua (moderator) dan disaksikan oleh sejumlah
pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan pendapatnya tanpa
menanggapi pendapat panelis lain.
Moderator dan seluruh peserta menyiapkan terlebih
dahulu tentang topik yang dibahas serta peka terhadap bagian-bagian masalah
tertentu yang cukup rawan dipermasalahkan dengan memperhitungkan aternatif
pertanyaan dan jawaban. Waktu kegiatan dibagi dua, separo untuk panelis dan
separo berikutnya untuk tanya jawab dengan audiens.
Secara singkat gambaran kegiatan diskusi ini adalah:
a.
Pendahuluan => moderator membuka diskusi,
mengemukakan topik dan arah serta tujuan yang ingin dicapai, memperkenalkan
para peserta, serta membacakan tata tertib
b.
Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan
gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai dengan jatah waktu yang diberikan
c.
Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya diskusi
antarpanelis serta tanggapan antarpanelis
d.
Partisipasi pendengar => moderator mempersilakan
para pendengar untuk mengemukakan pendapat, menanggapai, bertanya, atau
berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan memberikan jawaban.
Rangkuman => moderator merangkum
hasil diskusi dengan mendapatkan pemecahan. Itulah sebabnya, pada umumnya
lokakarya juga mengundang ahli dalam bidangnya sehingga secara teknis dapat
mengemukakan pandangan yang mendalam untuk mencari solusi. Dalam hal ini biasanya
disusunlah makalah dan disertai dengan presentasi. Masalah yang dikemukakan
biasanya relatif konkret, tak sebatas konsep
Bentuk diskusi ini menghasilkan cetusan-cetusan
gagasan baru, pendapat berbeda-beda, serta mendorong analisis untuk
menghasilkan kesimpulan dari moderator. Karenanya bentuk diskusi ini memerlukan
orang yang betul-betul memenuhi persyaratan. Kelemahannya, jika moderator tidak
cerdik, ada kemungkinan seorang narasumber berbicara lebih dominan dibandingkan
narasumber lain. Di sisi lain, hadirin mungkin juga terklasifikasi dalam
kelompok setuju dan tidak setuku terhadap pendapat narasumber yang ada.
2.4 Rapat kerja
Rapat kerja adalah pertemuan wakil-wakil eselon
dari suatu instansi untuk membahas masalah yang berkaitan dengan tugas dan fungsi
instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program kerja dengan arah
pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil yang baik untuk
dilaksanakan.
Biasanya rapat ini dipimpin oleh kepala instansi
disertai dengan pengarahan yang mengacu ke pencapaian target atau tujuan.
2.5 Seminar
Serminar (semin (Latin)= biji, benih) diartikan
sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan disemikan. Yang dibicarakan dalam
seminar bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan yang akan dipakai
sebagai landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis. Oleh sebab itu,
biasanya kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau studi literature.
Dalam seminar terdapat moderator, notulis,
pemrasaran, pembanding, partisipan, dan guru pembimbing dengan tugas
masing-masing.
a.
Moderator bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran
dan notulis, membacakan tata tertib, mengarahkan dan mengatur arus pembicaraan,
menyampiakn kesimpulan, serta menutup diskusi.
b.
Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi
baik teknis maupun materi pembicaraan
c.
Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan yang
telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk makalah
d.
Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya
yang berisi tanggapan atau pernyataan terhadap apa yang disampaikan oleh
pemrasaran sebelumnya
e.
Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara
aktif, bukan sebatas pendengar belaka, melainkan bisa juga memberikan
tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
f.
Guru pemibimbing biasanya ada kalau seminar diadakan di
sekolah. Tugasnya, memberi saran dan arahan kepada pemrasaran serta meluruskan
pembicaraan yang menyimpang dari tujuan semula.
Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:
1)
Moderator membuka kegiatan dan mengarahkan;
2)
Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3)
Pembanding menyampaikan makalah atau tanggapannnya;
4)
Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding atau
menjawab pertanyaan;
5)
Partisipan menyampaian gagasannya, misalnya pertanyaan,
tanggapan;
6)
Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban atau
tanggapan;
7)
Guru pembimbing diberi kesempatan untuk menanggapi;
8)
Moderator menarik kesimpulan dan menutup diskusi.
Sebelumnya moderator mengemukakan perumusan hasil seminar secara keseluruhan.
2.6 Konferensi
Konferensi merupakan bentuk pertemuan dari kedua
pihak untuk membahas atau merindingkan masalah yang dihadapi bersama. Secara
longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan anggota-anggota dari dua
cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam langkah dan kebijakan
mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau pemusyawarahan antara
wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan bersama.
Kegiatan ini mengacu ke pengambilan tindakan
sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan
besar bisa melakukan seperti ini dan biasanya diadakan setelah munculnya
masalah yang lanyak dan perlu untuk segera dicari solusinya. Keputusan diambil
tentu merupakan keputusan terbaik.
2.7 Kongres
Kongres merupakan pertemuan formal antara
delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi politik, sosial, atau profesi
untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu masalah bersama.
Kongres merupakan rapat besar yang pesertanya ratusan, ribuan, bahkan jutaan.
Karena itu, kongres biasanya dilakukan oleh sebuah organisasi. Kongres sering
diistilahkan lain menjadi muktamar untuk suatu partai, biasanya lima tahun
sekali untuk menentukan garis besar kebijakan yang akan dilakukan dalam satu
kurun waktu demi menghadapi kompetitor atau persaingan yang ada.
2. 8 Simposium
Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan
beberapa ahli menyajikan pidato atau prasaran singkat mengenai sebuah topik
denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang bertalian di hadapan sebuah
sidang hadirin. Semua prasaran dibahas oleh hadirin dipandu oleh seorang
pemimpin atau moderator. Simposium merupakan bentuk diskusi yang diawali
serangkaian pidato pendek oleh dua atau empat orang pakar. Mereka memang
diundang untuk menyampaiakan pandangan-pandangan tentang masalah yang
dibicarakan. Seorang moderator mengatur kelancaran jalannya diskusi. Setelah
pembicara selesai menyampaikan pendapatnya, moderator mempersilakan peserta
untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan yang kemudian ditanggapi atau
dijawab oleh pembicara.
Bentuk diskusi ini dapat dipakai pada kelompok
besar atau kecil serta dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang
relatif banyak dalam waktu relatif singkat serta dapat disoroti hasilnya.
Pergantian pembicara menambah variasi pembicaraan yang justrui menjadikan
kegiatan ini menarik. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang agar
membawa hasil yang baik.
Di sisi lain bentuk diskusi ini bersifdat kurang
spontan dan tak memancing kreativitas. Interaksi kelompok-kelompok yang hadir
kurang berkembang. Perhatian hanya ditekankan pada pokok pembicaraan serta
suasana agak bersifat formal, sementara kepribadian pembicara dapat mengarahkan
isi kegiatan secara kurang tepat. Waktu berlangsungnya kegiatan diskusi ini
sulit dikendalikan, kecuali moderator pandai membaca arah pembicaraan narasumber
serta disiplin dengan penguran waktunya.
2.9 Kolokium
Kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar hanya menjawab pertanyaan. Dalam hal ini
pembicaraan dikendalikan oleh moderator yang mengarahkan ke tujuan pembicaraan.
Oleh karena itu, komitmen moderator terhadap tujuan dan kepandaian mebaca arah
dan isi pembicaraan sangat diperlukan. Bahkan, tak jarang jika secara implicit
moderator harus pandai arah pertanyaan peserta dan jawaban narasumber.
2.10 Sarasehan
Sarasehan merupakan model diskusi yang sifatnya
mendekati santai. Para peserta biasanya akrab
dalam nuansa pergaulan yang tak formal misalnya sambil minum kopi. Masalah yang
dibicarakan terbatas, para peserta bebas menyatakan pendapatnya atau
pengalamannya seputar topik tersebut.
2.11 Cawan Ikan/fishbowl
Cawan ikan merupakan bentuk diksusi yang unik
dengan konstruksi tempat duduk seperti cawan melengkung atau mangkuk dengan
moderator di tengah dan di sebelah kanan moderator duduk seorang ahli atau
pakar dan sebelah kiri moderator terdapat tiga kursi kosong. Moderator membuka
dengan memberikan kata pengantar kemudian mempersilakan para peserta untuk
menduduki kursi yang telah disediakan. Peserta kemudian dipersilakan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pakar yang ada. Setelah pembahasan selesai,
peserta kembali meninggalkan kursi yang kemudian kosong seperti semula.
2.12 Debat
Bentuk kegiatan berbicara ini sebenarnya sudah di
luar hakiki kegiatan diskusi ilmiah. Kegiatan ini mempertemukan dua pihak
pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik. Prasaran atau pendapat yang
diajukan oleh tiap pihak dapat ditikuti dengan suatu tangkisan atau tidak.
Anggota kelompok dan hadirin dapat juga mengajukan pertanyaan kepada peserta
atau pihak pembicara.
Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk
beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep, atau yang lain dengan tujuan untuk
memenagkan pendapat sendiri.. Secara sederhana debat dapat diartikan tukar
pikiran tantang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang diutamakan.
Inti debat adalah memenangkan pendapat sendiri. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan satu demi satu tetapi dapat juga kelompok demi kelompok, bergantung
pada kebutuhan dan kondisi lingkungan. Posisi tempat duduk sangat variatif, dan
dapat menggunakan moderator atau tanpa moderator.
Kegiatan ini mempertajam hasil yang akan dicapai
sebab suatu masalah akan terlihat dari dua segi sekaligus. Karena itu, kegiatan
ini membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap pihak. Tekinik
ini membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan perhatian para
hadirin. Paling cocok metode ini dipakai untuk kelompok besar.Hanya saja,
kadang selisih pendapat bisa tak terkenadli di luar penalaran logis ilmiah yang
cenderung emosional subjektif. Hal itu sering mengakibatkan kesan negatif
tentang debat tersebut serta narasumbernya. Konsekuensi lanjutannya, mereka
menjadi tak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tak mau berpartisipasi.
Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif tentang kegiatan
tersebut diperlukan seorang moderator yang amat bijak dan pandai membaca
keadaan pembicaraan.
2.13 Sumbang saran
(Braintstorming)
Sumbang saran merupakan semacam metode memecahkan
masalah yang setiap anggotanya diberi kesempatan untuk mengusulkan dengan cepat
kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi. Metode ini tidak menfhendaki
kritik. Evaluasi atas suatu pendapat dilakukan kemudian.
Metode ini berusaha membangkitkan pendapat baru
dan merangsang anggota untuk turut ambil bagian. Biasanya terjadi mata rantai
pendapat serta tak dibutuhkan banyak waktu. Cocok pula dipakai untuk kelompok
besar atau kecil. Tak amat diperlukan seorang pemimpin yang hebat serta tak
banyak diperlukan peralatan. Hanya saja besar kemungkinan b ila lepas kontrol
kegiatan ini menjadi tidak efektif.
3. Unsur pokok diskusi
a.
Dilakukan
oleh dua orang atau lebih (kelompok);
b.
Ada
masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
c.
Ada
tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
d.
Tempatnya
sudah ditentukan;
e.
Waktunya
sudah dibatasi;
f.
Pihak-pihak
yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;
4. Manfaat Diskusi bagi peserta
a. Peserta dapat memahami suatu
masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-sebab dan menemukan jalan
keluar atau solusi masalah yang sulit.
b. Peserta dapat menentukan suatu
kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan, pekerjaan, dan bersikap
tertentu.
c. Peserta dapat menganalisis bersama
suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan, rencana kebijakan,
tindakan atau keputusan yang tepat.
d. Peserta dapat memperoleh informasi,
ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari peserta lain tentang
pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau
kesimpulan, dan lain-lain.
e. Peserta dapat saling mengamati,
saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
f. Peserta dapat belajar mengemukakan
pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang lain.
g. peserta
dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan
5. Masalah dalam Diskusi
Masalah yang didiskusikan merupakan suatu persoalan
yang dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui sebab-sebabnya,
dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil keputusan yang tepat,
terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
Masalah adalah persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh
sebab itu, kegiatan diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara
menghilangkan, mengatasi atau memperkecil jarak antara harapan dengan
kenyataan.Kriteria masalah yang layak didiskusikan:
a.
Menarik
perhatian peserta.
b.
Aktual
dan menjadi pembiacaraan umum.
c.
Berguna
bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
d.
Baru,
yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya.
e.
Langka,
jarang ada (kesempatan atau problemanya.
f.
Menyangkut
kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure.
g.
Mengandung
alternatif pendapat-multidimensional.
h.
Membutuhkan
pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan.
6. Cara Menemukan Topik Diskusi
a.
Memikirkan
atau mengingat sesuatu yang pernah dan kita ketahui, kita alami, kita rasakan,
dan kita bicarakan.
b.
Membaca
buku, koran, majalah, atau referensi lain.
c.
Memperkaya
referensial tak tertulis, lewat media audio visua.
d.
Menyimak
pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu.
e.
Mengadakan
pengamatan, penelitian, wawancara.
7. Pemilihan Tempat Diskusi
a. Tersusun bersih, rapi, cukup luas
untuk kegiatan diskusi.
b. T dari gangguan suara luar,
misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak bermain.
c. Mengesankan suasana yang mengenakkan.
d. Terdapat peralatan yang digunakan,
misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu penerangan.
e. Cukup untuk mengatur formasi bentuk
diskusi.
Peserta Diskusi
8. Tipe Peserta Diskusi
a. Tipe tak suka bicara.
b. Tipe positif.
c. Tipe sok tahu.
d. Tipe suka bertengkar.
e. Tipe pemalu.
f. Tipe ingin menang sendiri.
g. Tipe cuek.
h. Tipe sangat terpelajar.
i.
Tipe
suka bertanya.
9. Peserta Diskusi yang Baik:
a. Ikut mengambil bagian dalam
berdiskusi.
b. Mendukung pendapat dengan alasan,
fakta, contoh, atau pendapat pakar.
c. Berbicara hanya bila diberi
kesempatan.
d. Berbicara dengan tegas, jelas, dan
benar.
e. Mendengarkan orang lain berbicara
dengan penuh perhatian.
f. Berkata dan bertindak sopan dan
bijaksana.
g. Mencoba menghargai dan memahami
pendapat orang lain.
h. Bisa menahan diri kapan dan suasana
yang tepat untuk berbicara.
10. Persiapan yang harus dilakukan oleh seorang
peserta diskusi yang baik:
a. Memikirkan apa yang diketahui
tentang masalah yang didiskusikan
b. Bila banyak yang belum diketahui,
calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan sistematis masalah tersebut;
c. Mempelajari masalah yang
didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis. Bila perlu buat
catatan.
d. Membuat urutan sistematis
keterangan yang diperoleh dengan padat.
e. Berlatih menyampaikan pendapat,
tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
f.
Secara
mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN - SARAN
terima kasih possannya
BalasHapussangat membantu untuk dijadikan referensi tugas makalah saya :)